Warga NU Jangan Sampai Jadi 'Bancakan' Orang Lain

Penjabat Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar menegaskan agar para pengurus NU menjaga Nahdliyin yang jumlahnya besar menjadi bancakan (mangsa) untuk kepentingan pihak lain. Apalagi pihak yang belum tentu sepaham dengan cara pandang, pikir, amaliah NU.

Warga NU Jangan Sampai Jadi 'Bancakan' Orang Lain
“Jangan sampai umat NU menjadi bancakan orang lain,” katanya pada pidato setelah ditetapkannya sebagai Penjabat Rais Aam pada Rapat Pleno di Gedung PBNU, Jakarta, Sabtu (22/9).  

Di banyak kasus, setiap perhelatan negara seperti pilkada, hal itu terjadi dimana-mana. Oleh karena itu, menurut dia, segenap jajaran pengurus NU bertugas mencerdaskan warga NU agar mengerti situasi. 

Saat ini, lanjutnya, NU sedang shock karena punjernya (rais aam) diambil untuk kepentingan yang lebih besar. Namun, NU merelakan karena ada tugas yang lebih besar yang akan diembannya. 

“Dia kader terbaik kita, perdana yang terpilih melalui ahlul halli wal aqdi (ahwa). Maka harapan kita, tunjukkan bahwa kader kita betul-betul terbaik,” pintanya.  

Meski demkian, ia menegaskan, bahwa NU memiliki aturan-aturan, ada AD/ART, dan khittah nahdliyah. Jangan sampai hal itu dilanggar. Karena itulah, ia meminta kepada segenap pengurus PBNU dari jajaran mustasyar, syuriyah, tanfidziyah, untuk saling mengingatkan. 

Sebagaimana diketahui, Forum Rapat Pleno PBNU 2018 ini juga menerima sikap pengunduran diri KH Ma’ruf Amin dari tugas Rais Aam PBNU sebagai konsekuensi amanah Anggaran Rumah Tangga NU Bab XVI Pasal 51 ayat 6 dan peraturan NU lainnya. Ia mengundurkan diri sebab mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden mendampingi calon presiden Joko Widodo. Forum ini juga menetapkan Kiai Ma’ruf Amin sebagai Mustasyar PBNU 2015-2020.

Rapat Pleno PBNU kemudian menetapkan KH Miftachul Akhyar sebagai penjabat rais aam yang sebelumnya wakil rais aam. Hal ini sesuai AD/ART NU Bab XV Pasal 48 ayat (1). 

www.nu.or.id | Abdullah Alawi