Untuk mengenalinya, setidaknya ada 3 ciri utama yang menjadi pegangan dakwah ahlussunnah NU.
Pertama, at-Tawassuth yakni memiliki sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan, sebagaimana disarikan dari firman Allah SWT dalam Qur'an Surat Al Baqarah ayat 143.
Yang kedua adalah at-Tawazun atau seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits) sebagaimana dikemukakan dalam Qur'an Surat al-Hadid ayat 25.
Dan yang terakhir atau yang ketiga adalah al-I'tidal atau tegak lurus, yakni bersikap adil dan tidak berlaku dzalim kepada sesama manusia hanya dikarenakan sikap kebencian sebagaiman terungkap dalam Qur'an Surat al-Maidah ayat 8.
Selain ketiga prinsip ini, golongan Ahlussunnah wal Jama'ah Nahdlatul Ulama juga mengamalkan sikap tasamuh atau toleransi. Yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini.
Dari karekteristik dan sikap dasar NU di atas sudah sangat jelas dan gamblang bahwasanya memperjuangkan dakwah Islam dengan dibarengi cacian, makian, hinaan, tuduhan sesat menyesatkan bukanlah bagian diri seorang Nahdliyin yang berada di jalan lurus mengikuti risalah dakwah Rasulullah SAW.
Dakwah yang diemban Rasulullah SAW adalah dakwah yang santun dan sejuk yang senantiasa mengedepankan ukhuwah yang dilandasi akhlakul karimah. Sebab Rasulullah SAW diutus adalah untuk memperbaiki akhlak ummat, “Sesungguhnya aku diutus, (tiada lain, kecuali) supaya menyempurnakan akhlak yang mulia”, sabda Rasulullah SAW. Bahkan Allah SWT pun sampai memuji Rasulullah sebagai insan yang sungguh memiliki akhlak budi pekerti luhur yang super 'adzim.
Kita sebagai warga NU mestinya bangga dengan NU tanpa harus ada embel-embel yang lain. NU adalah NU. Jikalau ada sekelompok orang yang mengaku NU berembel-embel, sejatinya bukan NU sebab NU adalah organisasi Islam yang sah yang dilindungi hukum perundang-undangan. Siapapun yang mengaku-ngaku sebagai NU dengan tambahan embel-embel lain pada dasarnya telah menciderai hukum Indonesia yang pelakunya dapat diikutkan ke meja hijau.
Sebagai Nahdliyin juga mesti tahu bahwa sejak Muktamar Nahdlatul Ulama tahun 1984, NU sudah mempunyai apa yang dikenal dengan Khittah NU. Arti dari Khittah itu sendiri adalah Garis Lurus. Jadi sudah lama NU berada di Garis Lurus. Jikalau ada yang sekarang mengatakan NU Garis Lurus, diragukan kelurusannya, padahal sudah berpuluh-puluh tahun silam NU sudah berada di jalur Khittah, jalur Garis Lurus. Ibarat mau naik kereta ya sudah ketinggalan jauh.
Kita pun mesti tahu garis perjuangan dakwah Islam yang ditempuh NU sudah jelas, mempunyai karakteristik yang at-Tawassuth, at-Tawazun, al-I'tidal, dan sikap yang Tasamuh. Dalam hal ini, NU berdakwah bukan untuk menghukum atau memberikan vonis bersalah, tetapi mengajak masyarakat menuju jalan yang diridhai Allah SWT.
Dari uraian singkat ini, umat Islam khususnya warga NU bisa menilai sendiri bagaimana karakteristik dan sikap NU Garis Lurus yang benar. Garis Lurus yang sesuai dengan perjuangan NU yakni sesuai dengan Khittah NU 1984, itulah Sesungguhnya Garis Lurusnya NU.