Sebab, setelah Yusril memutuskan untuk menjadi pengacara calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 itu, ia telah berkonsolidasi dan berkoordinasi ke internal terkait pilihan pribadinya tersebut. Selain itu, suara menolak mendukung Jokowi-Ma'ruf dari internal PBB sendiri semakin berkurang.
Hendri melanjutkan, hal yang patut dipertanyakan apabila PBB secara resmi mendukung Jokowi-Ma'ruf adalah soal apakah dukungan itu diikuti akar rumput PBB sendiri. "Yang harus dipertanyakan sebetulnya, akan seberapa solid kader dan loyalis PBB menuruti dan sepakat untuk mendukung Jokowi-Ma'ruf?" ujar Handri.
Menurut Hendri, belum tentu suara akar rumput PBB mendukung Jokowi-Ma'ruf sepenuhnya. "Sebab, bisa saja dukungan PBB ini menjadi 'spiral of silence' kepada Jokowi ya. Artinya, jangan sampai kelihatannya saja angka pendukungnya bertambah, padahal akar rumputnya enggak mendukung," lanjut dia. Diberitakan, Presiden Jokowi dan Yusril Ihza Mahendra, Jumat (30/11/2018) siang, bertemu di Istana Presiden Bogor.
Seusai pertemuan, Yusril mengatakan, partainya akan menentukan sikap politik di Pemilu 2019 pada Januari 2019 yang akan datang. Iya meyakini, internal partainya akan seiring sejalan dengan pilihan politiknya. "Untuk internal di PBB tentu ada dinamika, ada pro kontra.
Biasalah. Karena itu, kami akan ada rapat koordinasi nasional bulan Januari. Jadi kan sudah panjang waktunya. Mungkin yang marah-marah itu nanti sudah agak tenang, yang ngomel-ngomel sudah mulai mengerti," kata Yusril. "Jadi, Insya Allah (mendukung Jokowi-Ma'ruf). Kan sudah sama," lanjut dia.
kompas.com | Fabian Januarius Kuwado - Dian Maharani