Hal itu ia sampaikan di hadapan wartawan di Gedung PBNU Kramat Raya Jakarta Pusat, Kamis (9/8) malam usai Joko Widodo (Jokowi) menetapkan Kiai Ma’ruf Amin sebagai pasangannya dalam pemilihan presiden dan wakil presiden mendatang.
Penguatan ekonomi, kata Kiai Ma’ruf Amin, sifatnya bukan membuang, tetapi menguatkan yang lemah. Kemitraan antara golongan yang ekonominya lemah dan yang kuat dapat dibangun di mana pemodal yang kuat menjadi mitra usaha dengan masyarakat lemah.
“Melalui koperasi, lalu kegiatan pesantren,” kata Kiai Ma’ruf.
Salah satu yang dapat dilakukan, ia mencontohkan adalah penyiapan produk yang sesuai dengan potensi pertanian sekaligus dibutuhkan masyarakat, misalnya beras dan jagung.
“Tidak boleh negara ini tergantung pangannya ke luar negeri. Semuanya harus memenuhi kebutuhan, tak boleh ada import beras dan jagung,” lanjutnya.
Ia menegaskan Indonesia tidak kurang lahan dan sumber daya manusianya. “Kenapa kita tidak mampu (memenuhi kebutuhan pangan)? Ini yang harus diperkaut. Pangannya kedaulatannya, harus kita perhatikan,” beber Kiai Ma’ruf.
Selain persoalan ekonomi dan pangan, hal berikutnya adalah pembangunan karakter bangsa dan penegakkan hukum. Menurut Kiai Ma’ruf, kedua hal itu saling berkaitan. "Jika banyak yang melanggar hukum, pembangunan karakter bangsa kita (menandakan) tidak berhasil,” ujarnya.
www.nu.or.id | Kendi Setiawan