Negara dalam Keadaan Bahaya, Kata Siapa?

Seperti sekarang ini, banyak politikus sering meneriakkan negara dalam keadaan bahaya atau darurat, apakah itu soal utang atau pengelolaan aset negara. Mulut para politikus seperti mulut “si lidah api”

Alasan pertemuan politik biasa dibumbui slogan bombastis, misal demi kepentingan negara. Padahal demi kepentingan merebut kekuasaan dan jabatan semata.

Dalam buku Sarinah, Bung Karno mengatakan kurang lebih kalimatnya begini,”Ada seseorang berlari di atas genting sambil mengibar-ngibarkan bendera danberteriak, “Negara dalam bahaya!” dan kata-kata itu diulang-ulang.

Menurut Bung Karno, sebenarnya bukan negara dalam bahaya, negara aman-aman saja, hanya kepentingan-kepentingan orang-orang yang berteriak-teriak itu dalam “bahaya” sehingga ia berusaha menarik massa supaya memercayai apa yang mereka teriakkan.

Seperti sekarang ini, banyak politikus sering meneriakkan negara dalam keadaan bahaya atau darurat, apakah itu soal utang atau pengelolaan aset negara. Mulut para politikus seperti mulut “si lidah api” akan bisa membakar dan bisa menaikkan tensi politik yang makin memanas. Semua itu demi meraih atau merebut kekuasaan.

Mereka sering meneriakkan “negara dalam bahaya” dan “negara harus diselamatkan”, padahal kepentingan-kepentingan politik mereka yang terancam atau hanya untuk menarik massa demi kekuasaan.

Seorang politikus mulutnya akan menyemburkan api di tengah-tengah massa untuk sekedar membakar emosi massa dan bisa dijadikan kekuatan untuk merebut kekuasaan atau jabatan.

Mereka yang awalnya secara pribadi tidak mempunyai hubungan baik karena menghadapi musuh politik yang sama dan harus diganti atau direbut kekuasaannya, mereka bisa bergandengan tangan dan cipika-cipiki saling memuji dan menyanjung satu sama lainnya.

Mereka menggoreng isu-isu yang bisa membangkitkan emosi massa atau masyarakat seperti isu utang, jual aset negara, kontrak tambang. Mereka juga berdalih semua ini dilakukan demi negara dan rakyat yang berdaulat dan tidak dijajah sama asing dan aseng.

Seperti pertemuan semalam antara Susilo Bambang Yudhoyono dan Prabowo Subianto, mereka membuat pernyataan bahwa yang mereka lakukan demi kepentingan negara. Padahal demi kepentingan mereka untuk merebut kekuasaan dan jabatan.

Mereka bisa mengatasnamakan dan demi kepentingan rakyat: seperti nasibnya Paijo, Paimin, Juminem, Tukimin. Padahal ketika mereka meraih kekuasaan atau jabatan sudah didapatnya, nasib Paijo dan kawan-kawan juga tidak berubah. Mereka akan tetap miskin. Namanya laku menjelang musim kampanye saja.

Mudah-mudahan masyarakat tidak menjadi korban mulut “Si Lidah Api”!!

pepnews.com | Kasihanto Anto/opini