Inilah Kitab Karya Ulama NU Betawi KH Saifuddin Amsir

Dalam menyusun karyanya, ia memilih karya-karya Imam al-Ghazali sebagai rujukan yang sangat representatif dalam membahas tema-tema terkait dengan I’jāz (Kemukjizatan), Khawās (Kekhususan), dan Falsafat (Filosofi) al-Qur’an. Dalam daftar pustaka karangannya, disebutkan al-Ghazali memiliki karya tafsir sebanyak 30 jilid.

Inilah Kitab Karya Ulama NU Betawi KH Saifuddin Amsir
Ulama NU Betawi KH Saifuddin Amsir terbilang mashur di tanah kelahirannya, Jakarta. Selain mengasuh Ma’had Aly Zawiyah Jakarta, ia juga mengisi ceramah dalam berbagai acara, dan rutin di menyampaikan pengajian di berbagai majelis ta’lim. 

Hal sama yang dilakukan salah seorang gurunya, tokoh NU Betawi juga, KH Syafi’i Hadzami. 

NU Online, menjelang Muktamar NU ke-33 di Jombang pada 2015 lalu memuat profil KH Saifuddin Amsir yang terdaftar menjadi salah seorang calon kiai yang akan menduduki Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA). 

Berikut ini beberapa karya Mustasyar PBNU yang wafat hari ini, Kamis (19/7) yang merupakan liputan wartawan NU Online, Mustofa Asrori.

Karyanya yang telah dicetak antara lain: 1) Tafsir Jawahir al-Qur’an (empat jilid), 2) Majmu’ al-Furu’ wa al-Masail (tiga jilid), dan 3) Al-Qur’an, I’jazan wa Khawashan, wa Falsafatan. Karya yang disebut terakhir ini merupakan magnum opus/masterpiece (karya besar) Kiai Amsir yang telah diteliti oleh para sarjana dalam dan luar negeri.

Pasalnya, selain beraliran tafsir falsafi, kitab ini merupakan racikan dari beberapa tema dari kitab Jawahir al-Qur’an (hlm. 1-140), Al-Dzahab Al-Ibriz fi Khawashil Qur’an al-Aziz (142-172), Qanun al-Ta’wil (173-184). Ketiganya karya Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali .

Kitab ini juga terinspirasi dari beberap kitab, antara lain Fadhāil al-Qur’ān karya Syeikh al-Hāfidz Ibn Katsir (hlm. 175-312), ‘Ajāib al-Qur’ān karya Syeikh Fakhruddin al-Rāzī (hlm. 313-475), dan al-Dur al-Nadzim fi Khawāsi al-Qur’ān al-Karīm karya Imam al-Yafi’i (hlm. 477-623). Komentar (syarah) yang ditulis Kiai Saifuddin Amsir menyertai tiap bahasan yang dinukil dari kitab-kitab tersebut.

Dalam menyusun karyanya, ia memilih karya-karya Imam al-Ghazali sebagai rujukan yang sangat representatif dalam membahas tema-tema terkait dengan I’jāz (Kemukjizatan), Khawās (Kekhususan), dan Falsafat (Filosofi) al-Qur’an. Dalam daftar pustaka karangannya, disebutkan al-Ghazali memiliki karya tafsir sebanyak 30 jilid.


KH Saifuddin Amsir wafat di Rumah Sakit OMNI Rawamangun, Jakarta, Kamis (19/7) dini hari sekitar pukul 01.30. Warga NUmendapat kabar tersebut dari salah seorang putrinya, Badrah Uyuni, sekitar pukul 03.55.

Kiai kelahiran 31 Januari 1955 ini adalah seorang Mustasyar PBNU masa khidmah 2015-2020. Pada periode-periode sebelumnya, ia selalu tercatat di Syuriyah PBNU. 

Ia adalah seorang kiai yang mencintai NU. “Sebandel apa pun kita harus cinta NU,” katanya di sela pengajian Ahad pagi di Masjid Ni‘matul Ittihad Kelurahan Pondok Pinang, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Ahad (11/2/2018) pagi.

Ia menceritakan bagaimana para kiai di Jakarta dahulu melibatkan diri gerakan NU, sebuah gerakan Ahlussunnah wal Jamaah. “Guru-guru kita dulu terlibat aktif dalam NU. Ente kudu jadi pengurus NU. Kita harus cinta pada NU,” kata Kiai Saifuddin Amsir. 

Selain aktif berceramah di majelis-majelis ta'lim dan menulis beberapa kitab, KH Saifuddin Amsir juga mengasuh Ma'had Aly Zawiyah Jakarta.

Semoga almarhum mendapatkan tempat paling layak di sisi Allah. Segenap keluarga dan murid-muridnya bisa melanjutkan cita-citanya. Al-Fatihah...

www.nu.or.id | Abdullah Alawi