,

Ada pada Tingkatan Mana Dzikirmu kepada Allah?

Pakar Tasawuf KH M. Luqman Hakim menjelaskan sejumlah tingkatan atau level dzikir manusia kepada Allah.

Ada pada Tingkatan Mana Dzikirmu kepada Allah?
Secara hakikat, tingkatan dzikir seorang dijelaskan dari hanya mengharapkan imbalan Allah hingga pada level fana’ dan baqa'.

Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor ini, tingkatan dzikir manusia pertama, dzikir makhluk pada makhluk.

Kiai Luqman menuturkan, orang ini ketika berdzikir merasa bisa dzikir dan tujuannya makhluk bukan Khaliq. Contoh biar laris dagangan, biar dapat surga, biar naik derajat dunia atau biar disebut ahli dzikir.

“Dzikir model ini tidak akan bertemu Sang Khaliq,” tegasnya dikutip redaksi, Sabtu (4/8) lewat twitternya.

Kedua, dzikir makhluk kepada Khaliq. Menurut Kiai Luqman, tingkatan dzikir orang ini merasa bisa berdzikir dengan tujuan  pada Sang Khaliq. Ia merasa bahwa dzikirnya telah sampai pada Sang Khaliq.

“Dzikir model ini juga tidak akan bertemu Sang Khaliq,” ungkap Direktur Sufi Center Jakarta ini.

Ketiga, dzikir khaliq kepada makhluk. Level ini berdzikir dengan menyadari bahwa dzikir seorang hamba akibat Allah mengingatnya. Karena ia tidak pernah merasa mampu berdzikir.

“Inilah tahap fana' dalam berdzikir. Allah yang menjadi Penyebab dia berdzikir. Bukan dia yang mampu berdzikir,” jelas Kiai Luqman.

Keempat, Allah Maha Berdzikir kepada Diri-Nya Sendiri. Kiai Luqman menerangkan, sang hamba ketika berdzikir hanyalah efek dari Dzikirnya Allah pada DiriNya. Ini merupakan tahap baqa' dalam berdzikir.

“Minimal kita ini berdzikir sebagai akibat dari Dzikir-Nya kepada kita hingga Dia-lah Yang Esa dalam dzikir,” ucap penulis buku Filosofi Dzikir ini.

Empat tingkatan tersebut menurut Kiai Luqman tidak perlu terlalu dipikirkan. Yang terpenting manusia harus selalu berdzikir sembari meningkatkan kesadaran dan keshalehan dzikir.

“Yang penting apa pun bacaan yang kita dzikirkan, hatimu tetap Allah, Allah, Allah. Dari Allah, menuju Allah, bersama Allah, dan hanya bagi Allah,” tandas Kiai Luqman. 

www.nu.or.id | Fathoni