Sejauh ini, baru ada dua kandidat presiden yang resmi diusung oleh partai politik yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Jika tak ada calon baru, praktis pemilihan presiden (Pilpres) pada 2019 akan mengulang “pertempuran” kedua tokoh tersebut pada Pilpres 2014.
Namun, peluang kandidat lain masih terbuka. Beberapa partai belum menentukan pilihan seperti Partai Keadilan Sejahteran (PKS) dan Partai Demokrat. Selain masih menimbang untuk memunculkan nama dari internal, mereka pun membuka calon dari luar. Gatot Nurmantyo salah satu yang rajin bergerilya.
Misalnya, Relawan Selendang Putih Nusantara (RSPN), organisasi pengusung mantan Panglima TNI itu mendatangi kantor PKS pada pertengahan bulan lalu. Mereka meminta kesediaan PKS untuk mengusung Gatot sebagai calon presiden. Tak hanya ke partai, Gatot juga memperlebar sayap relawannya ke beberapa daerah.
Di mata Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), munculnya tokoh yang sudah mendeklarasikan sebagai calon presiden, sampai saat ini, belum menggoyahkan posisi Joko Widodo (Jokowi). Sebagai calon inkumben, mantan Wali Kota Solo ini memiliki tingkat keterpilihan tinggi dalam beberapa survei.
Sehingga, “Saya pikir sulit untuk mencari siapa yang bisa melawan Jokowi,” kata Kalla dalam wawancara khusus dengan Katadata.co.id beberapa waktu lalu. “Sehingga, pergulatannya di wapres (wakil presiden).”
Anda menyebut kemungkinan Jokowi akan melanjutkan pemerintahan. Kans Jokowi besar?
Kalau kita baca dari survei-survei, peluangnya sangat besar. Saya pikir sulit untuk mencari siapa yang bisa melawan Jokowi. Berarti, kesempatan untuk maju lagi sangat besar. Di atas 50 persen setiap survei itu. Sehingga, pergulatannya di wapres (wakil presiden), bukan di presiden. Baru terakhir-terakhir ini saja Pak Prabowo siap mendeklarasikan dirinya.
Jadi, pertarungan akan ramai di posisi Wapres?
Kelihatannya lebih banyak siapa mau jadi wapres ketimbang siapa mau menantang presiden.
Apa kriteria Cawapres Jokowi menurut Anda? Perlu kemampuan ekonomi?
Calon utama seseorang untuk jadi Wapres, yang pertama, bisa menambah elektabilitas Presiden. Karena itu, harus berbeda konstituennya. Boleh Jawa-Luar Jawa, itu sering dalam sejarah kita. Boleh berbeda kemampuannya. Tapi yang penting bisa menambah konstituen.
Kedua, dia mampu untuk membantu Presiden, malah harus setara dengan Presiden. Dari enam Presiden, dua di antaranya menjadi Presiden juga karena posisinya sebagai Wakil Presiden: Habibie dan Megawati.
katadata.co