Takbir, Kalimat yang Seharusnya Menjadikan Orang Santun

Masyarakat Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi selama dua tahun berturut-turut. Pada 2018, ada 171 daerah yang ikut pilkada (pemilihan kepada daerah), sedangkan pemilihan legislatif dan presiden akan dihelat pada 2019 nanti. “Jangan sampai lisan mengucapkan takbir tapi masih mempertuhankan egonya,” katanya.

Takbir, Kalimat yang Seharusnya Menjadikan Orang Santun
Semua cara pasti dilakukan untuk meraih kemenangan dalam kontes demokrasi itu. Selama cara yang digunakan tidak melanggar aturan, maka itu sah-sah saja. Namun, akan menjadi soal jika cara yang digunakan tidak bisa dibenarkan seperti menggunakan kalimat takbir –misalnya- sebagai alat politik dan alat untuk meraih kekuasaan pribadi atau kelompok.  

Menanggapi hal itu, Ketua Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah (MATAN) DKI Jakarta KH Ali M Abdillah mengatakan, tidak sepatutnya kalimat takbir digunakan sebagai alat politik. Ia mengingatkan umat Islam untuk memaknai kalimat takbir sesuai dengan substansinya. 

“Yaitu mengagungkan kebesaran Allah bahwa Allah Maha Besar sedangkan selain Allah adalah kecil,” kata Kiai Ali kepada NU Online di Tangerang Selatan, Rabu (13/3).

Menurut Pengasuh Pesantren Al-Rabbani ini, seseorang yang benar-benar memahami makna takbir maka ia akan menjadi orang yang tawadlu’ dan santun. Ringkasnya, ketika seseorang mengucapkan takbir maka ia harus ‘mengubur dalam-dalam’ dirinya yang merasa hebat, paling benar dan suci, serta merasa paling mewakili Allah.

“Jangan sampai lisan mengucapkan takbir tapi masih mempertuhankan egonya,” katanya.

“Ini takbir sebatas lisan, tidak masuk ke dalam hati sehingga hawa nafsunya menguasainya,” tutupnya. 

www.nu.or.id