Diriwayatkan, pada suatu malam Jibril AS menghantarkan Rasulullah menuju Sidratul Muntaha. Namun karena Jibril tidak mendapat ijin untuk memasuki ke istana Allah Ta'ala maka Jibril hanya mengantarkannya sampai di gerbangnya.
Sungguh, betapa indah dan agung peristiwa tersebut, begitu pula kalimat-kalimat yang terucap dalam percakapan antara Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Di hadapan singgasana Allah itu, Rasulullah pun berjalan mendekat lalu bersujud dan memberi salam (pujian) kepada Allah;
"Attahiyyaatul Mubaarakaatush Shalawatuth Thayyibaatu Lillaah"
yang artinya,
"Segala Kehormatan, Keberkahan, Rahmat dan Kebaikan adalah milik Allah."
Kemudian Allah Ta'ala membalas dengan ucapan salam :
"Assalaamu'alaika Ayyuhan Nabiyyu Warahmatullaahi Wabarakaatuh"
"Segala pemeliharaan dan pertolongan Allah untukmu wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah dan segala karunia-Nya"
Mendapatkan jawaban seperti ini, Rasulullah tidak merasa jumawa berbesar diri, bahkan Rasulullah tak melupakan umatnya, hingga menjawab dengan ucapan :
"Assalamu 'Alainaa Wa'alaa 'Ibaadillaahish Shaalihiin."
"Semoga perlindungan dan pemeliharaan diberikan kepada kami dan semua hamba Allah yang shalih."
Sebuah awal percakapan mulia itu adalah percakapan Tuhan dan seorang hamba, Sang Pencipta dan ciptaan-Nya yang saling memuliakan satu dengan yang lain. Dan betapa Rasulullah tetap melibatkan umatnya dalam percakapan tersebut, untuk mendapatkan perlindungan dari Allah Ta'ala bagi umat nya yang shaleh.
Melihat pertemuan yang diawali dengan saling mengucap salam ini, para malaikat yang menyaksikan dari luar Sidratul Muntaha tergetar dan takjub. Setiap kalimat yang terdengar di sana menggambarkan betapa Allah Ta'ala memuliakan Muhammad, dan betapa tingginya Muhammad mengagungkan Allah Ta'ala.
Kemudian para malaikat pun mengucapkan kalimat syahadat dengan penuh keyakinan:
"Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah."
"Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan kami bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan RasulNya”
Rangkaian percakapan dalam peristiwa agung itu menjadi bagian dalam shalat yakni pada saat Tahiyat Awal dan Tahiyat Akhir. Selanjutnya kita mengikutinya dengan ucapan shalawat kepada Rasulullah sebagai pujian karena menyayangi kita, umatnya.
Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘ala all Sayyidina Muhammadin, ka ma shal-laita ‘ala Sayyidina Ibrahima wa ‘ala ali Sayyidina Ibrahima. Wa barik ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘ala ali Sayyidina Muhammadin, ka-mabarakta ‘ala Sayyidina Ibrahima wa ‘ala ali Sayyidina Ibrahima. Fil ’alamina innaka hamidun majid...
"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami, Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau limpahkan rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Berikanlah keberkahan kepada junjungan kami, Muhammad, dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau limpahkan berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Di seluruh alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha-Mulia."*
hikmah
Peristiwa Yang Menggetarkan Para Malaikat
Sebuah awal percakapan mulia itu adalah percakapan Tuhan dan seorang hamba, Sang Pencipta dan ciptaan-Nya yang saling memuliakan satu dengan yang lain. Dan betapa Rasulullah tetap melibatkan umatnya dalam percakapan tersebut, untuk mendapatkan perlindungan dari Allah Ta'ala bagi umat nya yang shaleh.