,

Kelakar Cawapres di Harlah GP Ansor

Kelakar soal cawapres pendamping Joko Widodo dikemukakan sejumlah tokoh politik yang hadir memberikan kata sambutan di acara puncak Harlah ke-84 GP Ansor di Jakarta, Selasa (24/4) malam.

Kelakar Cawapres di Harlah GP Ansor
Berikut ini 'Kelakar' soal cawapres pendamping Joko Widodo (Jokowi) yang dikemukakan oleh sejumlah tokoh politik.

Awalnya Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan sekaligus Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah dalam sambutannya menyoroti penampilan Ketua Umum PPP Romahurmuziy yang hadir dengan pakaian casual khas anak muda.

"Di sini ada rekan Ketua Umum PPP yang kalau saya lihat sama-sama anggota DPR dan MPR, tapi beliau pakai jeans, pakai sepatu kets, karena beliaulah ketua umum calon wakil presiden RI," seloroh Basarah.

Ahmad Basarah lalu mengatakan bahwa hanya Romahurmuziy, bakal cawapres yang diundang dalam Puncak Harlah ke-84 GP Ansor. Sementara bakal cawapres lain dari kalangan NU yakni Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar tidak ada.

"Ini cukup bagus malam ini acara GP Ansor mengundang cawapres dari PPP sementara dari PKB tidak," kata Basarah.

Pernyataan Basarah kemudian ditimpali Ketua Umum PPP Romahurmuziy dalam sambutannya.

"Warna hijaunya GP Ansor itu paling mirip dengan warna jaket PPP. Jadi kalau yang diundang adalah Ketua Umum PPP, maka itu wajar pak Basarah," seloroh Romahurmuziy.

Selanjutnya Sekjen DPP PKB Abdul Kadir Karding yang diberikan kesempatan memberi kata sambutan seusai Romahurmuziy mengatakan, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang telah mendeklarasikan diri sebagai cawapres, tidak hadir di acara itu karena takut balihonya berbentrokan dengan baliho milik Romahurmuziy.

Belakangan baliho kedua ketua umum partai Islam itu ramai didirikan bersandingan di sejumlah daerah.

"Saya curiga, pak Romi datang, tapi Cak Imin (Muhaimin Iskandar) tidak datang, jangan-jangan karena takut balihonya berbarengan terus," kata Karding disambut tawa pengunjung.

Ketua Umum GP Ansor Yoqut Cholil Coumas dalam sambutanya ikut angkat bicara soal kelakar cawapres ini.

Ia mengungkapkan bahwa Romahurmuziy diundang bukan dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum PPP atau bakal cawapres, melainkan sebagai cucu pendiri GP Ansor KH Wahab Hasbullah.

"Gus Romi kita undang bukan karena Ketua Umum PPP, apalagi sebagai cawapres, tapi diundang karena beliau cucu pendiri GP Ansor. Tapi tentu saja bahwa fakta Gus Romi adalah Ketua Umum PPP dan cawapres, itu tidak bisa kita ingkari," kata Yoqut Cholil.

Yoqut lantas mengatakan GP Ansor sebenarnya turut mengundang Cak Imin. Tetapi, kata dia, pembicaraan GP Ansor dengan Cak Imin soal cawapres sudah jelas.

Saat ini, menurut dia, tinggal pembicaraan antara GP Ansor dengan Romi yang perlu diperjelas.

Sementara soal kesamaan warna jas yang disinggung Romi, Yoqut yang secara pribadi telah menyatakan mendukung Cak Imin sebagai cawapres 2019 itu berseloroh, "Warna jas Ansor dan PPP itu isyarat, tapi saya tidak berani mempromosikan PPP lebih jauh, karena ada pak Sekjen PKB Abdul Kadir Karding."
       
Yoqut kemudian meluruskan pernyataan Wasekjen PDIP Ahmad Basarah bahwa hanya Romahurmuziy cawapres yang ada di acara itu. Yoqut mengatakan sejatinya ada dua cawapres yang hadir, yakni Romahurmuziy dan dirinya sendiri.

Yoqut belum lama ini masuk nominasi salah satu bakal cawapres yang diusulkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

"Di sini saya juga cawapres, diusulkan PSI. Dalam sejarah 84 tahun, baru kali ini ada kader GP Ansor dicalonkan partai politik sebagai cawapres," kata Yoqut.

Harlah ke-84 GP Ansor dihadiri sejumlah tokoh antara lain Wasekjen PDIP sekaligus Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah, Ketua Umum PPP Romahurmuziy selaku cucu pendiri GP Ansor, Sekjen PKB Abdul Kadir Karding, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia Grace Natalie, politisi Gerindra Moreno Suprapto, Pangdam Jaya Joni Supriyanto, serta unsur Polri.

Melalui Harlah ke-84 ini GP Ansor sebagai garda terdepan penjaga NKRI, menyatakan keinginannya mendekatkan diri dengan kalangan millenial. Menurut Yoqut Cholil Coumas, jika GP Ansor tidak berusaha mendekatkan diri dengan kalangan millenial, maka kalangan millenial akan didekati kelompok anti-NKRI dan anti-keberagaman.
  
ANTARA | I. Suhirwandi, Rangga Pandu Asmara Jingga, M. Tohamaksun