Selain dikenal sebagai penulis kitab-kitab tentang angka-angka India-Arab, dia juga sebagai penggagas ilmu aljabar. Dia pun menjadi orang pertama yang menyingkap tentang Al-Muhaddah (ketajaman) yang dikembangkan ilmuwan Jepang, Siki Kaw yang hidup pada 1642-1707 Masehi.
Meskipun demikian, para ilmuwan Jerman bersikeras mengatakan bahwa ilmuwan Jerman, Libniz (1646 - 1716 M) adalah penemu ketajaman dan diterapkan dalam sains terapan oleh ilmuwan Perancis Ostine Cuchi (1789-1857 M).
Al-Khawarizmi, lahir pada 194 Hijriyah (780 Masehi), dengan nama lengkap Abu Ja'far Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi. Nama Al-Khawarizmi ini dinisbahkan kepada kota kelahirannya, yakni Khwarizm (sekarang Khiva Modern) daerah di bagian Timur Laut Kaspia, di kaki dataran Amu Darya (Oxus), Uzbekistan. Pada masanya, wilayah Khwarizm pernah menjadi tempat bagi pusat peneliti Asia yang termasyhur dan tetap dikenang.
Di Abad ke 7, saat itu kalangan ilmuwan Arab beranggapan bahwa astronomi merupakan ilmu pengetahuan yang membutuhkan matematika yang mendasarkan pada observasi dan kalkulasi yang kompleks. Kemajuan astronomi bergantung kepada observatorium yang mereka bangun, pada peralatan astronomi yang mereka buat dan berbagai tabel serta katalog astronomi yang mereka susun.
Adanya perpaduan antara kedua cabang ilmu itulah yang mengharuskan ilmuwan seperti Al-Khawarizmi perlu menguasai keduanya. Dan pada kenyataannya, Al-Khawarizmi putra Musa Al-Khawarizmi telah membuktikan bahwa ia memiliki kemampuan untuk menguasai dan memadukan kedua ilmu tersebut. Bahkan pikiran-pikirannya semakin mendapatkan tempat ketika dia dipercaya untuk menduduki jabatan penting di sebuah perpustakaan Bait Al-Hikmah. (Kisah menarik ini dapat anda baca selengkapnya disini)
Dituliskan kembali oleh Erwin E Ananto | Jumrah.com