Gus Ulil : Alasan Toleransi Jadi Pondasi NU

Gus Ulil, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa Syekh Abu al-Hasan al-Asy'ari mengambil jalan tengah, tidak ekstrem kanan ataupun kiri sebab...

Gus Ulil : Alasan Toleransi Jadi Pondasi NU
Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari meletakkan toleransi (tasamuh) sebagai salah satu pondasi organiasasi Nahdlatul Ulama. Hal ini terjadi karena Rais Akbar NU ini mengikuti madzab Asy'ariyah.

"Ya karena beliau mengikuti Asy'ariyah," kata Ulil Abshar Abdalla cendekiawan NU kepada NU Online di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), Jalan Taman Amir Hamzah, Jakarta, Jumat (16/11).

Gus Ulil, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa Syekh Abu al-Hasan al-Asy'ari mengambil jalan tengah, tidak ekstrem kanan ataupun kiri. Sebab saat itu ceritanya, ada dua faksi politik yang bertengkar hebat, yakni kelompok yang pro dan anti terhadap pemerintah.

"Dari awalnya, memang akidah ini dari dulu, cetakannya ini, templatenya itu dari dulu ini aqidah yang muncul karena ingin mencari jalan tengah," ujarnya.

Kedua kubu ini lanjutnya, menjadikan agama sebagai alat. Akidah Asy'ariyah dari awal niatnya mau menghindar dari konflik politik tersebut. Asy'ariyah enggan mendukung tawaran politis dan teologis yang ekstrem. "Watak akidah Asy'ariyah mengambil jalan tengah karenanya cenderung toleran," terang pengajar pascasarjana Unusia Jakarta itu.

Mbah Hasyim, lanjut Gus Ulil, mengikuti tradisi yang sudah berabad-abad ini. Bahkan semua kiai di Jawa menurutnya, berlaku serupa. Tak hanya di Jawa, seluruh ulama Sunni yang demikian bisa dijumpai di seluruh dunia Islam mengingat cetakannya serupa.

"Cetakan yang toleran dalam pengertian tidak mau terjebak dalam pendekatan ekstrem," jelasnya.

Sebab, Islam berpengalaman bahwa pendekatan ekstrem berlebihan dapat mengacaukan masyarakat sehingga menimbulkan instabilitas. Teologi Asy'ariyah, katanya, tidak suka dengan instabilitas dan menimbulkan huru-hara.

"Karena itu akidah asy'ariyah ini dikritik oleh sebagian orang sebagai akidah yang terlalu adem ayem, tidak suka dengan pemberontakan yang bersifat dinamis penuh dengan gelora gerakan," ceritanya.

Melihat hal itu, Gus Dur pernah membawa ide dinamisasi Aswaja. Menurutnya, Gus Dur melihat perlu ada dinamika, tetapi yang tidak ekstrem seperti ISIS ataupun HTI.

www.nu.or.id | Syakir NF - Muiz